Senin, 30 April 2012

Rupiah Hari Ini Menguat
ILUSTRASI
JAKARTA, MEDIA INFORMASI -  Hari Jumat (27/4/2012) kurs rupiah ditutup menguat tipis di level Rp  9.189 per dollar AS dibandingkan dengan  opening di level Rp 9.195 per dollar AS, setelah bergerak di kisaran Rp 9.179 - Rp 9.196 per dollar AS.
Rupiah berhasil terapresiasi mengiringi hasil  pembelian bersih  asing di bursa saham meski indeks sedikit terkoreksi. Posisi dollar yang cenderung tertekan terimbas estimasi turunnya pertumbuhan ekonomi AS menjadi kunci penguatan rupiah.
Menurut para analis dari BNI unit Treasury dalam catatannya, pada perdagangan Senin (30/4/2012)  rupiah berpotensi bergerak dengan kecenderungan konsolidasi hingga menguat.
Fakta bahwa belum sepenuhnya AS lolos dari lubang jarum perlambatan ekonomi domestik menguranig tekanan dollar atas major currency hingga mengurangi tekanan atas kurs rupiah.
Prediksi meningkatnya  laju inflasi cenderung masih ditolerir pelaku pasar karena tetap dalam koridor target inflasi Bank Indonesia  sehingga tidak terlalu membebani kurs rupiah.
Kondisi pasar obligasi dalam negeri yang diprediksi bersikap wait and see jelang lelang Surat Utang Negara besok,  berpotensi mengurangi daya dorong apresiasi rupiah.
Bank sentral diprediksi tetap memantau nilai tukar rupiah, meski tidak ikut campur tangan terlalu jauh untuk menjaga stabilitas rupiah sepanjang belum menembus level psikologis 9.200-an.

Minggu, 29 April 2012

Mentan: Alih Fungsi Lahan di Indonesia Mengkhawatirkan
Ilustrasi. Foto: Koran SI
ILUSTRASI
DENPASAR - Menteri Pertanian (Mentan) Suswono menyatakan prihatin dengan terjadinya alih fungsi lahan secara besar-besaran di Tanah Air yang dalam setahunnya bisa mencapai 140 ribu hektare (ha). Menurut Suswono, alih fungsi lahan di seluruh Indonesia saat ini berada pada tingkat mengkhawatirkan.

"Dalam setahun saja terjadi konversi lahan pertanian sebanyak 140 ribu ha untuk berbagai kepentingan," katanya di sela panen raya dan penyerahan secara simbolis pupuk decomposer, di Denpasar, Minggu (29/4/2012).

Angka itu pun masih sebatas data dan diyakini masih ada lahan kecil-kecilan yang luput dari perhatian, namun telah dikonversikan.

Dia mencontohkan, bila terus terjadi secara terus menerus dan meluas di berbagai tempat, lahan sawah seluas satu are saja jika dialihfungsikan untuk membangun gedung, maka akan mengancam lahan pertanian di Indonesia.

Berdasarkan catatannya, kondisi alih fungsi lahan yang paling memprihatinkan terjadi di Pulau Jawa, Kalimantan, Sumatera, Sulawesi dan Bali.

"Beberapa daerah yang disebutkan tersebut sebenarnya memiliki lahan cukup produktif namun seringkali terjadi alih fungsi," sebut dia.

Di Pulau Sumatera dan Kalimantan, misalnya, alih fungsi sering terjadi dari lahan sawah ke lahan sawit. Hal itu merupakan ancaman produksi pangan nasional Indonesia.

Dengan kondisi tersebut, pihaknya berharap pemerintah daerah segara mengambil langkah cepat dan efektif untuk mencegah terjadinya alih fungsi lahan secara massif.

Sabtu, 28 April 2012

BRI Kucurkan Rp 324,1 Miliar untuk Petrokimia Gresik
 
JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk memberikan kredit modal kerja dan investasi Rp 324,1 miliar untuk proyek perluasan dermaga dan komplek pergudangan PT Petrokimia Gresik. Penandatanganan akad kredit berlangsung di Kantor Pusat BRI, Jakarta, Jumat (27/4/2012) kemarin.
Pemberian kredit tersebut untuk mendukung ekspansi bisnis perusahaan. Karena saat ini kapasitas bongkar muat dermaga PT Petrokimia Gresik yang sebesar 5 juta ton/tahun tidak mencukupi untuk menunjang kegiatan operasional perusahaan. Untuk itulah, diperlukan penambahan kapasitas bongkar muat menjadi 7 juta ton per tahun dan komplek pergudangan untuk menampung hasil produksi pupuk.
"Selain itu, di sisi layanan perbankan BRI telah memberikan fasilitas cash management dan BRI Virtual Account untuk membantu para distributor Petrokimia Gresik dalam melakukan penebusan pupuk melalui seluruh jaringan kerja dan E-channel BRI di seluruh Indonesia," ujar Sekretaris Perusahaan Bank BRI Muhamad Ali.
Total biaya protek investasi tersebut Rp 463 miliar. Dari jumlah tersebut, porsi pendanaan BRI adalah 70%, sementara 30 % sisanya berasal dari ekuitas perusahaan. Dengan demikian, saat ini BRI sudah menggelontorkan kredit untuk modal kerja dan investasi kepada Petrokimia Gresik sebesar Rp 1,5 triliun, setelah sebelumnya BRI juga sudah memberi kredit sebesar Rp 1,2 triliun.
Adapun total pembiayaan BRI kepada seluruh perusahaan yang tergabung dalam holding company PT Pupuk Indonesia (Persero) telah mencapai Rp 5,9 triliun. Ali mengatakan, dukungan pembiayaan tersebut untuk mendukung industri pupuk nasional yang tergabung dalam holding PT Pupuk Indonesia (Persero).
"Pada 2012 ini BRI telah memberikan pendanaan Rp 1 triliun atau porsi yang terbesar dalam pembiayaan club deal PT Pupuk Kujang untuk refinancing Pabrik Kujang IB," pungkasnya.

Jumat, 27 April 2012

Laba Bersih Adaro Naik 124 Persen
 
JAKARTA - PT Adaro Energy Tbk (Persero), produsen batubara termal terbesar kedua di Indonesia, membukukan laba bersih 552 juta dollar AS. Ini berarti naik 124 persen dari 247 juta dollar AS pada tahun sebelumnya.
Demikian hasil rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Adaro, yang diadakan pada Jumat (27/4/2012), di Hotel Ritz-Carlton, Mega Kuningan, Jakarta.
Perseroan itu membukukan pendapatan usaha tahun 2011 sebesar 3,99 miliar dollar AS, naik 47 persen dari tahun sebelumnya yang sebesar 2,72 miliar dollar AS. Sementara laba bersih tercatat 552 juta dollar AS atau naik 124 persen dari 247 juta dollar AS di tahun 2010. Rekor laba bersih ini sudah memperhitungkan kontribusi kepada Pemerintah Indonesia dalam bentuk pajak penghasilan 450,5 juta dollar AS dan royalti 405,4 juta dollar AS.
"Kenaikan laba bersih ini terutama ditopang pertumbuhan produksi yang tinggi, harga jual rata-rata yang kuat, dan pengendalian biaya," kata Presiden Direktur Adaro Garibaldi Thohir dalam siaran pers. Hal ini dimungkinkan melalui penambahan alat berat dan lebih besar serta kinerja kontraktor yang baik.
Perseroan mencatatkan pertumbuhan produksi batubara tahunan selama 20 tahun berturut-turut dengan peningkatan produksi batubara tahun 2011 sebesar 13 persen menjadi 47,7 juta ton, sedangkan penjualan batubara meningkat 16 persen menjadi 50,8 juta ton.
Perseroan juga mampu mempertahankan posisi keuangan konsolidasian yang kuat dengan rasio Hutang Bersih terhadap laba sebelum dikurangi bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi (earnings before interest, taxes, depreciation, and amortization/EBITDA) 1,05 kali dari 1,16 kali di tahun 2010, rasio Utang Bersih terhadap Total Ekuitas yang sehat sebesar 0,63x, dan akses terhadap kas dan fasilitas pinjaman bank yang belum terpakai 1,26 miliar dollar AS (fasilitas pinjaman bank yang belum terpakai 700 juta dollar AS).
Per 31 Desember 2011, total aset Adaro 5,66 miliar dollar AS atau naik 27 persen dibandingkan tahun 2010.  Total kewajiban naik 32 persen menjadi 3,22 miliar dollar AS. Sementara total ekuitas perseroan tumbuh 20 persen menjadi 2,44 miliar dollar AS. Peningkatan total ekuitas itu terutama karena ada peningkatan laba ditahan dari laba bersih tahun buku 2011. 

Kamis, 26 April 2012

RI Menghentikan Impor Daging Sapi dari AS
ILUSTRASI
JAKARTA - Indonesia mulai Kamis (26/4/2012) menghentikan sementara impor daging sapi dari Amerika Serikat.

Penghentian tersebut menurut  Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan seperti dikutip Reuters, terkait adanya kasus penyakit sapi gila di negara Paman Sam itu

Namun Rusman tidak menyebutkan sampai kapan penghentian impor tersebut. Pemerintah, sebutnya masih akan menunggu perkembangan lebih lanjut.

Menurut Rusman, di Indonesia, daging sapi asal AS sebagian besar digunakan oleh hotel-hotel dan restoran kelas atas.

Untuk diketahui saja, Indonesia hanya menyumbang 0,6 persen dari nilai ekspor daging sapi AS tahun 2011 yang mencapai 17 juta dollar AS. Selain Indonesia, dua suplier Korea Selatan juga menghentikan impor mereka. Sementara negara-negara pasar utama ekpor daging sapi AS, seperti Kanada dan Jepang masih melanjutkan impor setelah Pemerintah AS menjamin daging sapi yang diekspor.

Rabu, 25 April 2012

Perbankan Optimistis dengan Pertumbuhan Industri
ILUSTRASI
JAKARTA - Sebanyak 95 persen responden optimis dengan pertumbuhan industri perbankan tahun ini dan seterusnya. Mereka juga memprediksi pertumbuhan dua angka untuk pinjaman di tahun 2012.
Demikian hasil survei PT Pricewaterhouse Coopers Indonesia terhadap 100 lebih bankir senior di Indonesia. Para bankir itu mewakili 60 persen bank berdasarkan nilai aset. Penasihat teknis divisi perbankan PwC Indonesia Ashley Wood memaparkan hasil survei itu dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (25/4/2012).
"Hal ini konsisten dengan hasil survei tahun sebelumnya," kata Ashley Wood. Sebanyak 85 persen dari responden menyatakan prihatin terhadap krisis utang Eropa dan keadaan perekonomian dunia yang semakin rapuh. Perihal efisiensi, sekitar 82 persen responden menyatakan tak masalah harus berhemat pada tahun ini.
"Bank Indonesia akan senang mendengar ini," kata Ashley. BI dalam berbagai kesempatan meminta bank meningkatkan efisiensi, agar sejalan dengan negara lain. Efisiensi ini tercermin dari rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (Bopo), yang saat ini masih cukup tinggi di Indonesia.

Selasa, 24 April 2012

Mendag Akan Bahas Bea Keluar dengan Menteri ESDM
 Gita Wirjawan Menteri Perdagangan
JAKARTA — Menteri Perdagangan Gita Wirjawan menyampaikan bahwa bea keluar atau pajak ekspor untuk komoditas tambang akan dibahas dengan pihak Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Pembahasan akan meliputi besaran bea keluar dan kapan pelaksanaannya. "Bea keluar minggu ini mau dijadwalkan pertemuannya. Tadi malam baru sama Pak Hidayat (Menteri Perindustrian)," kata Gita, di Jakarta, Selasa (24/4/2012).
Menurut Gita, dalam menetapkan bea keluar, pemerintah akan melakukan pemilahan antara komoditas batubara dan non-batubara. Sementara itu untuk batubara terbagi lagi, yakni ada yang kaitannya dengan kontrak karya (KK) dan ada yang tidak. "Kalau KK itu sudah ada beban fiskal dibatasi di level tertentu. Akan tetapi, kalau yang non-KK kaitannya dengan domestic market obligation," ujar Gita.
Di luar batubara, lanjut Gita, pemerintah harus memilah lagi komoditasnya, misalnya bauksit, bijih besi, dan lain-lain. Lalu, pemerintah melihat sejauh mana hilirisasi dilakukan di masing-masing komoditas tersebut. "Kalau hilirisasi masih kurang tentu kita semangatnya adalah untuk mengenakan bea keluar yang lebih tinggi daripada komoditas yang sudah terjadi hilirisasi," ujarnya.
Pertemuan dengan pihak Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), menurut Gita, juga akan membahas besaran bea keluar yang akan dikenakan. Besaran persentase tergantung dari skala hilirisasinya. "Ya, kita akan bekerja di ruang itu (25-50 persen)," tutur Gita.
Mendag pun tidak bisa memberikan keterangan secara detail apakah aturan ini akan diberlakukan pada 6 Mei 2012. "Kemungkinan ke situ. Akan tetapi, tergantung nanti diskusinya gimana dengan Menteri ESDM," katanya.

Senin, 23 April 2012

Menkeu: Keputusan S&P Tidak Berdampak
 
Menteri Keuangan Agus DW Martowardojo.
JAKARTA - Menteri Keuangan Agus Martowardojo berpendapat bahwa keputusan Standard & Poor's untuk tidak menaikkan peringkat Indonesia menjadi layak investasi (investment grade) tidak berdampak ke perekonomian Indonesia. "Saya rasa nggak," ucap Agus, di Kantor Menko Perekonomian, Jakarta, Senin (23/4/2012).
Menkeu menyebutkan, S&P kemungkinan sangat hati-hati dalam memberikan peringkat mengingat kondisi ekonomi dunia sekarang ini yang tidak baik. Di Indonesia sendiri, sekalipun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dalam kondisi baik masih perlu disesuaikan. APBN 2012 baru saja mengalami perubahan menjadi APBN-Perubahan 2012 karena menyesuaikan dengan kondisi ekonomi dunia.
"Mungkin masih diperlukan pengamatan dan dari Bank Indonesia sudah coba menjelaskan. Mereka ingin melihat bagaimana kita mengendalikan subsidi, mengatur penerimaan negara dan renegosiasi kontrak-kontrak karya," pungkas Agus.
Untuk diketahui saja, S&P memutuskan untuk tidak menaikkan peringkat Indonesia menjadi layak investasi. Dalam pernyataannya hari ini, S&P mengonfirmasi peringkat utang Indonesia tetap berada pada level BB+ dengan outlook positif. Langkah S&P tidak sejalan dengan langkah lembaga pemeringkat Fitchs Ratings dan Moody's Investor Service. Kedua lembaga itu sudah menaikkan peringkat Indonesia ke level layak investasi.
S&P beralasan, risiko politik Indonesia semakin meningkat seiring kegagalan pemerintah dalam menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. "Peringkat yang kami sematkan kepada Indonesia menunjukkan kestabilan institusi dan ekonomi dengan kekuatan fiskal, eksternal, dan profil moneter. Outlook positif menunjukkan potensi kenaikan peringkat jika prospek pertumbuhan Indonesia semakin membaik dan pasar finansial semakin mantap dengan implementasi kebijakan yang stabil," jelas S&P.