Ilustrasi pesawat Garuda
MEDIA INFORMASI - Hari-hari ini, publik Indonesia
disuguhkan berita menarik mengenai penjualan saham Garuda Indonesia Tbk.
Terakhir diberitakan mengenai pembelian 10,27 persen saham Garuda oleh
PT Trans Airways milik PT Trans Corporation.
Kemajuan Garuda baru terasa menarik dibahas kalau kita mencoba
melihatnya dari aspek spesifik. Misalnya, perusahaan ini sangat rajin
meninjau kelayakan rute penerbangan.
Berita ini menarik untuk beberapa hal, di antaranya,
pertama, nama Garuda Indonesia tengah bagus-bagusnya. Lembaga riset
Australia Roy Morgan pada Maret lalu menyatakan Garuda sebagai the Best
International Airline. Penumpang selalu ”hampir penuh” dan total
pendapatan Garuda tahun 2011 mencapai Rp 27,2 triliun, naik 39,2 persen
dibandingkan dengan pendapatan tahun 2010. Laba komprehensif mencapai
Rp 858,8 miliar, naik 285,4 persen dari tahun 2010. Penjualan sebesar
10,27 persen saham itu senilai Rp 1,439 triliun.
Hal kedua,
pembeli saham Garuda itu adalah PT Trans Corporation, milik Chaerul
Tanjung. Pembelian saham Garuda ini kian meneguhkan posisi PT Trans
Corporation sebagai salah satu raksasa bisnis di Indonesia. Usaha Trans
Corporation kini merebak mulai dari kafe, perbankan, sentra ritel
raksasa, hiburan dan hotel, hingga media televisi.
Kinerja yang
diraih Garuda Indonesia patut dicatat sebagai fenomena baru maskapai
penerbangan dunia. Garuda menjadi lebih baik dalam hal pelayanan dan
mutu, merupakan hal wajar. Sebab, semua maskapai dunia mengejar
kualitas dan layanan prima. Kalau kemudian penumpang Garuda selalu
penuh sesak, baik penerbangan di dalam maupun di luar negeri, itu juga
merupakan hal wajar. Sebab, terjadi lonjakan signifikan golongan
menengah di Indonesia dan lonjakan kepercayaan warga dunia terhadap
Garuda.
Kemajuan Garuda baru terasa menarik dibahas kalau kita
mencoba melihatnya dari aspek spesifik. Misalnya, perusahaan ini sangat
rajin meninjau kelayakan rute penerbangan. Lihatlah, misalnya, ketika
diketahui rute Jakarta-Amsterdam dan Amsterdam-Jakarta tidak selalu
penuh, manajemen perusahaan ini mengurangi frekuensi penerbangan. Kalau
ada keberatan dari konsumen, itu urusan kemudian.
Perusahaan ini
pun rajin masuk ke rute-rute yang sangat gemuk. Kalau rute itu penuh
sesak dengan maskapai lain, Garuda tetap percaya diri untuk
berkompetisi, bahkan berani menjual tiket jauh lebih mahal di banding
maskapai dalam negeri lainnya. Dan, Garuda tetap sangat diminati. Ini
salah satu aspek yang membuat Garuda mampu meraih kinerja bagus.
Dalam
konteks global, kinerja Garuda bisa disebut sebuah fenomena yang
menarik dibahas. Ia naik daun ketika maskapai penerbangan lain, seperti
JAL, Singapore Airlines, Swiss Air, Malaysia Airlines, dan Lufthansa,
tidak meraih kinerja luar biasa. Beberapa perusahaan tersebut malah
menderita kerugian sehingga harus dibantu pemerintahnya.
Jika
dilihat lebih jauh, bisa disebutkan bahwa dari banyak aspek, terdapat
beberapa hal penting yang dilakukan Garuda, yakni keinginan berubah
yang luar biasa. Segenap pimpinan dan kru Garuda ingin membawa maskapai
ini lebih baik lagi. Jika itu teraih, nama bangsa ini juga menjadi
masyhur. Salah satu yang dilakukan adalah dengan melihat SQ, Emirates,
Lufthansa, dan beberapa maskapai ”bintang lima” lainnya. Pengamatan
sampai pada isi kabin, pelayanan, dan sikap para kru.
Kini,
Garuda tengah meraih nama yang harum, saatnya untuk terus menata diri
menjadi maskapai nomor satu, setidaknya mencapai taraf setingkat atau
lebih baik daripada maskapai ”bintang lima” yang ada. Tentu ini bukan
pekerjaan mudah, melainkan dengan semangat mau berubah, ini mestinya
bisa dicapai.